MADRASAH LEBIH BAIK LEBIH BAIK MADRASAH MADRASAH HEBAT BERMARTABAT MADRASAH HEBAT BERMARTABAT

Rabu, 10 April 2019


RIWAYAT SINGKAT DESA PALABUAN

Zaman dahulu kala di daerah Banten dan Cirebon sudah berdiri kerajaan Islam. Suatu saat dua kerajaan tersebut saling berselisih dan bermusuhan. Perselisihan yang tidak jelas sebabnya itu sudah berlangsung lama dan tidak ada salah satu kerajaan yang mau mengalah.
Disebutkan bahwa kerajaan Banten sangat membenci kerajaan Cirebon. Karena kebenciannya itu, maka kerajaan Banten mengutus salah seorang utusan yang gagah berani, tangguh, berbibawa, dan berilmu tinggi untuk datang ke Cirebon sambil membawa persembahan, yaitu “Sekarung jamu” untuk diserahkan ke kerajaan Cirebon.

Jamu tersebut sebenarnya adalah racun yang sangat mematikan terbuat dari campuran jamu diantaranya yaitu tepung cabe rawit yang sangat pedas. Apabila jamu ini diminum, maka tak ayal lagi peminumnya langsung meninggal dunia.

Utusan dari Banten tersebut maksud sebenarnya adalah disuruh berhianat/membunuh Sri Sultan Kerajaan Cirebon dengan cara memberikan jamu yang beracun. Di pintu gerbang kerajaan Cirebon, utusan tersebut segera disambut oleh Sri Sultan dengan sangat ramah.

Walaupun begitu, sebenarnya Sri Sultan sudah mengetahui maksud kedatangan utusan dari Banten itu, karena Sri Sultan memiliki ilmu yang tinggi sehingga “Weruh Sadurung winarah” (menetahui sebelum kejadian).

Saat berhadapan dengan utusan tersebut, Sri Sultan secara diam-diam menggunakan ilmu yang dimikinya, maka dengan tiba-tiba kumis utusan itu menjadi melebar dan mengeras. Akhirnya utusan itu tidak bisa memasuki pintu gerbang istana karena terhalang oleh kumisnya yang panjang dan keras. Ia merasa malu dengan kejadian itu dan dalam pikirannya ia mengakui bahwa ilmu Sri Sultan itu lebih tinggi darpada ilmunya.

Sebagai seorang sultan yang arif, bijaksana, dan luwes ia menerima saja jamu racun tersebut dengan maksud agar bisa menyenangkan tamunya dari Banten itu. Ia mencampur jamu tersebut dengan rebon (udang kecil) sehingga berubahlah jamu yang tadinya racun tersebut menjadi sambal terasi yang enak dan gurih. Itulah kepandaian dan keluwesan yang dimiliki oleh Sri Sultan dari kerajaan Cirebon.

Sambil berdiri di pintu gerbang, Sri Sultan bersabda kepada utusan itu.

“Jamu yang kau serahkan sudah aku terima, kau harus pulang sekarang juga. Inilah tanda jasa dariku sebuah tempurung kelapa yang bulat berisi air dan sebuah sintungnya yang harus kau bawa pulang. Tapi aku pesan padamu kau harus berjalan menuju arah Selatan menyusuri lereng gunung Ciremai.”

Kemudian utusan itu segera pulang. Ia selalu mentaati dan menuruti petunjuk juga nasihat Sri Sultan. Ia merasa takut jiga tidak mengindahkan nasihat Sri Sultan akan terjadi mara bahaya pada dirinya. Ia terus berjalan menyusuri lereng-lereng gunung Ciremai yang curam dan terjal. Rasa malu akan lelemahan dirinya dihadapan sultan membuat ia merasa kecil dan hina. Ia juga merasa malu oleh kerajaan Banten, karena tidak berhasil membinasakan Sri Sultan seperti yang diharapkannya.

Lama kelamaan utusan tersebut sampailah ke sebuah tempat di lereng gunung Ciremai yaitu di tempat mata air yang banyak berjatuhan dari lereng gunung yang sampai sekarang disebut Cikaracak. Di sana ia merasa pusing dan perasaan makruh yang berlebihan sebab ia harus meloncati lereng yang sangat curam dan berbahaya.

Ia mondar-madir kesana kemari berfikir mencari cara agar ia bisa meloncati lereng tersebut. Ketika ia mondar-mandir, tiba-tiba tempurung yang dibawanya jatuh pecah berantakan dan airnya pun tumpah. Maka dari air yang tertumpah itu keluarlah air sungai yang mengalir sangat deras menuju ke hilir yang konon dinamakan sungai Cikeruh. Menurut cerita cikeruh artinya air yang keruh berasal dari perasaan utusan yang keruh dan makruh. Melihat kejadian itu, utusan Banten merasa heran dan tak menyangka akan terjadi demikian. Ia pun menjadi bingung sebab barang yang diberikan oleh Sri Sultan kini hanya tinggal sintung saja. Tak lama kemudian, karena air sungai Cikeruh begitu derasnya, maka ia menggunakan sintung itu sebagai perahu untuk meneruskan perjalanannya. Aneh juga walaupun sintung itu kecil tetapi dapat ditumpangi oleh utusan itu dan tidak tenggelam.

Setelah beberapa lama menumpangi perahu ajaib , utusan itu merasa lelah dan ia berhenti di suatu tempat untuk beristirahat. Perahu ajaib itu ditambatkan ke sebuah pohon besar yang berada di daerah Cimukul. Setelah lama beristirahat, ia meneruskan perjalanannya menuju ke hilir dan singgah di suatu tempat. Karena tempat itu menurutnya bagus, maka ia berniat bermukin di sana tidak mau lagi pulang ke Banten karena disamping malu tidak berhasil melaksanakan tugas, juga takut akan hukuman dari Sultan Banten. Akhirnya ia memutuskan untuk tinggal di sana sangat lama sampai akhir hayatnya. Tempat itu terdapat di Desa Cisambeng, kecamatan Sumberjaya. Makam utusan tersebut terkenal dengan sebutan Mbah Buyut Nyata.

Lama kelamaan sungai Cikeruh yang luas dan deras tersebut ramai dengan lalu-lalang perahu-perahu lainnya sebagai alat transportasi penduduk di sana. Perahu-perahu tersebut banyak yang berlabuh di Cimukul mengikuti utusan bari Banten. Akhirnya, nama tempat tersebut berubah menjadi Pelabuhan yang artinya tempat berlabuh dan sampai sekarang orang menyebutnya Palabuan mengikuti dialek bahasa Sunda

Menurut sahibul hikayat, di sebelah selatan Desa Palabuan sekarang, terdapat lebih dulu suatu kampung yaitu Sukahaji yang dikepalai oleh seorang lurah yang sangat bijaksana dan telah masuk Islam.Tangan kanan (pembantu) lurah tadi yaitu Bapak Masda. Beliau seorang yang berwatak pemimpin dan juga ilmunya cukup tinggi. Suatu waktu Bapak Masda ini disuruh oleh lurah Sukahaji untuk membuka perkampungan baru di sebelah utara Sukahaji yang jauhnya kira-kira 2 km. Kampung yang dibuka tersebut akhirnya dinamakan kampung Masda
DEMIKIAN SEKILAS RIWAYAT SINGKAT DESA PALABUAN

Sumber :  http://palabuan.desamajalengka.or.id/profil-desa/